Kepemimpinan menurut McShane dan Von
Glinow (2008:402), Leadership is influencing, motivating,
and enabling others to contribute toward the
effectiveness and success of the organizations of which
they are members. Pemimpin juga menciptakan
lingkungan kerja seperti alokasi sumber daya
dan pola komunikasi sehingga para pekerja
dapat mencapai tujuan organisasi dengan lebih
mudah. Kepemimpinan yang efektif mampu
mempengaruhi anggota organisasi untuk
melaksanakan pekerjaan guna mencapai tujuan
organisasi.
Teori jalur tujuan merupakan teori
kepemimpinan yang dikembangkan oleh
Robert House didasarkan pada teori pengharapan
dari motivasi yang berhubungan dengan
gaya kepemimpinan terhadap pekerja dan pada
situasi tertentu (McShane dan Von Glinow,
2008:408-409). Path goal theory mengidentifikasikan
empat gaya kepemimpinan, yaitu: directive
(mengarahkan), supportive (memberikan
dukungan), participative (berpartisipasi), dan
achievement oriented (orientasi pada prestasi).
Pemimpin yang efektif mampu menggunakan
ke empat gaya kepemimpinan tersebut pada
situasi yang berbeda. Pada situasi tertentu
menggunakan gaya directive, pada situasi
tertentu lainnya menggunakan gaya supportive
dan participative. Dengan demikian pemimpin
harus pandai membaca situasi dan
menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai
dengan situasinya. Gaya kepemimpinan
situasional ini cocok untuk anggota organisasi
dengan latar belakang yang berbeda-beda seperti
guru dan murid yang memerlukan perlakuan
yang tepat pada situasi yang tepat. Budaya organisasi menurut Robbins
(2007:511), Organizational culture refers to a system
of shared meaning held by members that distinguishes
the organization from other organizations.
Menurut Robbins (2007:516), budaya sebagai
tatanan sistem yang terus dikembangkan,
meliputi empat fungsi. Pertama, budaya
menciptakan pembedaan yang jelas antara
organisasi yang satu dengan lainnya. Kedua,
budaya memberikan identitas bagi anggotaanggota organisasi. Ketiga, budaya mendorong
timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih
luas daripada kepentingan dari pribadi
seseorang. Keempat, budaya merupakan perekat
sosial diantara sesama anggota organisasi.
Robbins (2007:511-512) mengemukakan, bahwa
ada tujuh karakteristik primer yang secara
bersama-sama menangkap hakikat budaya
organisasi. Ketujuh karakter tersebut yaitu:
inovasi dan mengambil risiko, perhatian pada
rincian, orientasi hasil, orientasi manusia,
orientasi tim, agresivitas, dan stabilitas. Dengan
menilai ketujuh dimensi organisasi, orang akan
mendapatkan gambaran yang majemuk
mengenai budaya suatu organisasi.
Glinow (2008:402), Leadership is influencing, motivating,
and enabling others to contribute toward the
effectiveness and success of the organizations of which
they are members. Pemimpin juga menciptakan
lingkungan kerja seperti alokasi sumber daya
dan pola komunikasi sehingga para pekerja
dapat mencapai tujuan organisasi dengan lebih
mudah. Kepemimpinan yang efektif mampu
mempengaruhi anggota organisasi untuk
melaksanakan pekerjaan guna mencapai tujuan
organisasi.
Teori jalur tujuan merupakan teori
kepemimpinan yang dikembangkan oleh
Robert House didasarkan pada teori pengharapan
dari motivasi yang berhubungan dengan
gaya kepemimpinan terhadap pekerja dan pada
situasi tertentu (McShane dan Von Glinow,
2008:408-409). Path goal theory mengidentifikasikan
empat gaya kepemimpinan, yaitu: directive
(mengarahkan), supportive (memberikan
dukungan), participative (berpartisipasi), dan
achievement oriented (orientasi pada prestasi).
Pemimpin yang efektif mampu menggunakan
ke empat gaya kepemimpinan tersebut pada
situasi yang berbeda. Pada situasi tertentu
menggunakan gaya directive, pada situasi
tertentu lainnya menggunakan gaya supportive
dan participative. Dengan demikian pemimpin
harus pandai membaca situasi dan
menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai
dengan situasinya. Gaya kepemimpinan
situasional ini cocok untuk anggota organisasi
dengan latar belakang yang berbeda-beda seperti
guru dan murid yang memerlukan perlakuan
yang tepat pada situasi yang tepat. Budaya organisasi menurut Robbins
(2007:511), Organizational culture refers to a system
of shared meaning held by members that distinguishes
the organization from other organizations.
Menurut Robbins (2007:516), budaya sebagai
tatanan sistem yang terus dikembangkan,
meliputi empat fungsi. Pertama, budaya
menciptakan pembedaan yang jelas antara
organisasi yang satu dengan lainnya. Kedua,
budaya memberikan identitas bagi anggotaanggota organisasi. Ketiga, budaya mendorong
timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih
luas daripada kepentingan dari pribadi
seseorang. Keempat, budaya merupakan perekat
sosial diantara sesama anggota organisasi.
Robbins (2007:511-512) mengemukakan, bahwa
ada tujuh karakteristik primer yang secara
bersama-sama menangkap hakikat budaya
organisasi. Ketujuh karakter tersebut yaitu:
inovasi dan mengambil risiko, perhatian pada
rincian, orientasi hasil, orientasi manusia,
orientasi tim, agresivitas, dan stabilitas. Dengan
menilai ketujuh dimensi organisasi, orang akan
mendapatkan gambaran yang majemuk
mengenai budaya suatu organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar